The Indonesian Detective Series
Tragedi Berdarah di Perry’s Bookstore (Part 1)
Perry's Bookstore
Perry's Bookstore
Siang
itu, cahaya matahari di daerah Jakarta Selatan, seakan memanggil Mario untuk
memasuki sebuah toko buku yang bernama Perry’s
Bookstore. Dengan luas bangunan yang hampir seluas lapangan basket dan
penuh dengan beraneka ragam buku dari segala penjuru Indonesia. Toko ini selalu
ramai didatangi para pencinta buku sejati, karena terkenal dengan kenyamanan
untuk para pembaca.
Kaca
tebal nan kokoh dihiasi dengan garisan putih elegan yang mengapit pintu masuk,
seakan mengajak para pengunjung untuk memasuki toko buku menarik pandangan mata
ini. Udara yang sejuk menghembus badan Mario ketika mendorong pintu masuk,
membuat ia terpaku untuk melihat dengan seksama ruangan toko buku ini. Dari
sebelah kanan pandangnya hingga ke tengah, tersusun rapi buku-buku dirak buku
sesuai kategorinya. Dari tengah pandangnya hingga sebelah kiri, terlihat para
remaja yang sedang melihat alat musik dan tempat mainan anak yang dipenuhi
bocah-bocah kecil ingin tahu itu.
Langkah
kaki Mario menuntunnya untuk bergegas menuju rak buku komik diujung kanan
ruangan toko buku ini. Keringat yang telah bercucuran dikeningnya karena berdesakan
dengan tiga orang otaku lain untuk
memperebutkan komik Detective Konan!
tidak terbuang sia-sia. Dengan bangga ia berjalan membusungkan badan kearah meja
kasir Perry’s Bookstore.
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!”
terdengar teriakan kencang seorang wanita.
Wanita
itu jatuh terjengkang ke belakang diselosor rak majalah, teriakannya itu diikuti
dengan isak tangis yang pilu sambil menunjuk sebuah lorong kecil dipojok toko
buku ini.
Hembusan angin yang menembus
wajah Mario ketika ia berlari dengan cepat ke asal suara wanita itu, membuat
semua orang mulai memasang muka penasaran dengan apa yang telah terjadi
dilokasi tersebut. Ternyata wanita itu melihat seorang Pegawai Perry’s Bookstore tergeletak di Ruang
Staff dengan noda darah yang memenuhi bagian perut kemeja korban. Dengan sigap
Mario memegang denyut nadi ditangan korban, namun ia tidak merasakan denyutan
nadi tanda jantung masih bekerja.
“Telepon ambulan dan polisi ke
tempat ini sekarang! Beritahu mereka telah terjadi pembunuhan disini! Dan satu
lagi, beritahu satpam toko ini untuk tidak membiarkan seorangpun keluar atau
masuk ke dalam tempat ini sampai polisi tiba! Tetapi, jangan beritahu para pengunjung
kalau telah terjadi kasus pembunuhan, beritahu kalau terjadi sebuah tragedi tak
terduga saja agar mereka tidak panik. Kemungkinan besar pelaku masih berada
ditoko ini, karena hawa tubuh korban masih hangat. Jadi, waktu kejadian
pembunuhan ini masih belum lama terjadi!” Teriak Mario dengan jelas kepada
salah seorang Penjaga Kasir di Perry’s
Bookstore yang sedang berada dimeja kasir nomor tiga.
Tanpa pikir panjang karena
penjelasan dari Mario cukup meyakinkan, Sang Penjaga Kasir toko buku ini pun
menghubungi polisi dan ambulan untuk segera datang ke tempat ini. Dua orang satpam
pun sudah berdiri tegap tepat disebelah pintu masuk Perry’s Bookstore dengan mimik muka tegas layaknya ‘Polisi Militer’. Dengan adanya kejadian
ini, Mario pun menghubungi sobatnya, Adam. Ia menjelaskan kejadian yang sedang
terjadi ditempat ini dengan rinci, dan meminta Adam untuk bergegas ke Tempat
Kejadian Pembunuhan (TKP).
Para pengunjung terlihat panik,
histeris dan kebingungan, karena mereka ditahan ditoko ini dan tidak
diperbolehkan pulang tanpa sebab yang begitu jelas. Tetapi, Asisten Manajer
dengan ramah dan sopan menjelaskan kepada mereka untuk tetap tenang hingga
polisi datang ke Perry’s Bookstore
melalui pengeras suara. Rengutan dahi Mario terlihat dimukanya, ia merasa masih
ada sesuatu yang janggal dari mayat itu.
“Braaaaak!!!” Suara bantingan keras
pintu terdengar.
“Ternyata kamu sudah duluan
kesini Mario! Sudah lama kita tak berjumpa, saya tidak menyangka kita akan
dipertemukan dikejadian semacam ini lagi.” Sapaan yang tegas nan hangat dari
Inspektur Polisi.
“Yaaaaah, kebetulan saja saya
sedang membeli buku ditoko ini Pak. Tapi, ini bukanlah saat yang tepat untuk
berbincang-bincang hangat. Karena pelaku pembunuhan ini masih berkeliaran
ditoko ini dengan senyum jahatnya.” Jawab Mario pedas dengan muka serius.
“Kamu benar nak, saya akan
memberitahu bawahanku untuk mengidentifikasi mayat korban.” Tukas Inspektur itu
dengan senyum yang hilang.
Korban pembunuhan ini adalah Axel
Fernandi (25 Tahun) jabatan kerja sebagai Kepala Pegawai Perry’s Bookstore. Korban meninggal dunia karena kehabisan darah setelah
ditusuk dengan sebuah senjata tajam dibagian perut, kematian korban diperkirakan
terjadi pada pukul 13.00, pada hari Sabtu, tanggal 24 Desember 2016. Saksi mata
pertama, adalah Nadya Perry selaku Manajer Perry’s
Bookstore sekaligus kekasih korban.
Sulitnya menemukan tersangka lain
pada pembunuhan Axel diantara para pengunjung dan pegawai ini terlihat jelas
dari mimik wajah Inspektur Polisi yang gelisah. Dengan wajah yang penuh
harapan, akhirnya ia pun mendekati Mario yang sedang mengamati sekeliling toko
buku ini.
Pandangan Mario tertuju pada satu
titik toko, yaitu pintu masuk. Dengan tatapan berbinar-binar dan diikuti dengan
senyum kecilnya, ia menemukan sebuah peluang untuk memancing tersangka lainnya
dalam kasus pembunuhan ini.
“Nak, bagaimana kita menemukan
tersangka pembunuhan ini? Banyaknya pengunjung dan pegawai membuat hal ini
makin sulit. Belum lagi, para pengunjung sudah meminta untuk dipulangkan karena
tidak mengetahui penyebab mereka ditahan ditoko ini.” Keluh Inspektur dengan
gelisah.
“Tepat pada waktunya Pak! Saya
sudah menemukan sebuah cara untuk memancing tersangka untuk menunjukkan
taringnya dan keluar dari persembunyian. Tapi, sebelum itu, saya butuh bantuan
Pak Inspektur untuk melakukannya.” Jawab Mario, diikuti dengan bisikan
rencananya ke telinga Inspektur.
“Baiklah! Saya sependapat
denganmu nak!” Senyum Inspektur mulai terlihat dibibirnya.
Inspektur berjalan dengan gagah
kearah meja kasir, mengambil mik pengeras suara dan berkata dengan tegas.
“Mohon maaf atas ketidak nyamanan anda karena kami sudah menahan anda disini,
untuk para pengunjung Perry’s Bookstore
dipersilahkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Terima kasih atas kerja sama
anda sebelumnya.”
“Bagaimana jika pelakunya berada
diantara para pengunjung ini !!??” Bantah Tora (Pegawai Perry’s Bookstore) dengan emosi diwajahnya.
“Saya setuju dengan anda!
Bagaimana kalau sekalian saja kita pulangkan para pegawai ditoko ini juga?”
Balas Mario dengan senyum imutnya.
“Lebih baik seperti itu! Karena sangat
kecil kemungkinannya untuk menemukan pelaku diantara banyaknya pengunjung dan
pegawai ini.” Jawab Ilham (Pegawai Perry’s
Bookstore) melengkapi bantahan Tora.
“Ini perintah polisi! Keputusan
ini sudah bulat! Untuk para pengunjung dimohon untuk segera meninggalkan tempat
ini sekarang juga!!” Bentak Inspektur tegas.
Disaat para polisi membukakan
jalan keluar untuk para pengunjung, agar mereka bisa keluar dengan cepat dan
tertib dari tempat ini. Bertepatan dengan pengunjung terakhir keluar dari toko
ini, tiba-tiba saja seorang pemuda berjalan ketengah panggung sandiwara ini
dengan senyum kecil diwajah tampannya.
“Oke! Berarti kita sudah
menemukan dua tersangka lainnya dari kasus pembunuhan ini!” Pemuda itu berkata
dengan lantang.
“Mengapa saya menjadi tersangka
pembunuhan!?” Bentak Tora tidak terima.
“Tenang sobat! tersangka
pembunuhan belum tentu menjadi pelaku pembunuhan juga. Tapi, kalau anda
mengelak seperti ini, Inspektur akan lebih mencurigai anda loh!” Senyum kecil
melengkapi jawaban pemuda itu.
“T, tapi, kenapa saya yang
dituduh menjadi tersangka pembunuhan ini? Bisa saja pelakunya berada diantara
para pengunjung tadi!” Kerutan dahi mulai terlihat diwajah Tora.
“Di dekat pintu masuk toko buku
ini dilengkapi dengan alat pendeteksi logam bukan? Tidak mungkin pengunjung
yang membawa senjata tajam berbahan logam seperti pisau atau pistol dapat melewati
alat itu, karena tas dan barang bawaan pengunjung sudah dititipkan terlebih
dahulu ditempat penitipan barang. Lalu seandainya seseorang pengunjung membawa
senjata tajam ditubuhnya, pasti alat itu akan mengeluarkan bunyi ‘beep beep beep’ ketika ia lewat dan
satpam pasti akan bergegas memeriksa tubuhnya. Oleh karena itu, kemungkinan besar
tersangka pembunuhan ini berasal dari para pegawai Perry’s Bookstore itu sendiri.” Balas pemuda itu dengan rinci.
“Lalu, mengapa hanya kami berdua
yang menjadi tersangka pembunuhan dalam kasus ini? Bukankah masih ada pegawai
lainnya?” Gugat Ilham tidak terima.
“Karena yang mengetahui tragedi pembunuhan
ini seharusnya hanya empat orang bukan? Mereka adalah Nadya, Sang Penjaga Kasir
meja nomor tiga, dan dua orang Satpam. Jadi, darimana kalian tahu kalau ada
kasus pembunuhan ditoko ini?” Balas Mario dengam senyum kecilnya.
“Ah, itu, saya mendengar teriakan
seorang wanita. Lalu saya langsung bergegas ke lokasi suara tersebut, dan tanpa
sengaja berpapasan dengan Tora ketika berlari kearah sana.” Jelas Ilham singkat.
“Ya! Apa yang dikatakan Ilham
benar! Saya berpapasan dengannya ketika berlari ke lokasi, anda bisa bertanya
ke penjaga kasir itu. Karena Jordi melihat kita berdua sedang berlari kearah
yang sama, dan melihat mayat Axel itu.” Tambah Tora untuk meyakinkan.
“I, iya, mereka benar, saya
melihat mereka berdua berlari ke lokasi tersebut.” Jawab Jordi. (Penjaga Kasir meja
nomor tiga Perry’s Bookstore)
Ketika panggung sandiwara ini
sedang panas-panasnya berlangsung, Inspektur polisi berjalan dengan dada
busungnya kearah pemuda sebelumnya tanpa peduli dengan perdebatan yang barusan telah
terjadi. Ia menatap muka pemuda itu bagaikan melihat sosok asing, tetapi pernah
ia lihat sebelumnya.
“Kamu ini siapa nak?? Kamu bocah
yang waktu itu ya?” Tanya Inspektur dengan muka bingung.
“Iya, Pak Inspektur benar sekali!
Saya adalah pemuda tampan yang sangat menyukai kasus misteri seperti ini. Lebih
tepatnya, saya adalah sobatnya Mario. Dia memanggilku untuk membantu
menyelesaikan kasus pembunuhan ini, agar bisa menemukan pelakunya dengan cepat.”
Jawab Adam dengan senyum sumringah.
“Oh, ternyata kamu toh! Pantas
saja aku seperti pernah melihatmu sebelumnya nak.” Jawab Inspektur tenang.
“Hahahahaha… Kemunculanmu selalu
membuat orang kaget ya! Sebelum itu, bagaimana kamu bisa masuk ke toko ini?
Padahal aku sudah memberitahu satpam toko ini untuk tidak memperbolehkan
seorangpun masuk kecuali petugas polisi dan ambulan.” Tanya Mario sambil
menepuk pundak Adam.
“Aku hanya bilang kalau aku
adalah Asisten Pribadi kamu, dan mereka membiarkanku masuk dengan mudah!
Hahahahaha” Ejek Adam diikuti dengan tawa lebarnya.
“Oke! Mari kita pecahkan kasus
ini secepatnya!” Kobaran semangat memenuhi jawaban Mario.
“Nadya,
Tora, Ilham, dan Jordi saya minta kerja sama dari kalian untuk menjawab
beberapa pertanyaan dari saya.” Jelas Inspektur dengan tegas.
Ketika
mereka berempat sedang diinterogasi oleh Inspektur, Mario dan Adam terlihat
sibuk dengan dunia mereka sendiri. Mario mulai memeriksa setiap sudut toko ini
untuk mengetahui letak-letak tempat CCTV di Perry’s
Bookstore, sedangkan Adam hanya bolak-balik memperhatikan dengan detil
kondisi mayat korban sebelum ambulan tiba untuk mengangkatnya. Karena mereka
masih belum mendapatkan barang bukti ataupun trik pembunuhan yang digunakan
pelaku, kemudian mereka memutuskan untuk kembali ke tempat Inspektur untuk
mengetahui informasi lebih lanjut.
Dari
data informasi yang telat didapat oleh Inspektur setelah melakukan interogasi kepada
para tersangka dengan menanyakan kegiatan mereka pada pukul 12.00 hingga 13.00,
serta kegiatan yang Alex lakukan seminggu terakhir ini. Inspektur dapat
menyimpulkan bahwa tersangka kasus pembunuhan ini ada tiga orang, karena mereka
kurang memiliki alibi yang kuat, mereka adalah:
Tersangka
pertama adalah Nadya Perry (24 Tahun) jabatan kerja sebagai Manajer sekaligus
anak dari Pengelola Perry’s Bookstore,
hubungan dengan korban sebagai kekasih. Dari pukul 12.00 hingga 12.55, ia sibuk
diruang kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya seorang diri, yaitu mencatat
pengeluaran dan pemasukan keuangan Perry’s
Bookstore pada bulan Desember. Pukul 12.55 hingga 13.00 ia keluar dari
ruang kantornya menuju ke ruang staff. Ia memberi tahu bahwa selama seminggu
terakhir ini, Alex memang lebih sering pulang larut malam karena memiliki
pekerjaan tambahan untuk membantu ibunya berjualan didaerah rumahnya.
Tersangka
kedua adalah Tora Ali (25 Tahun) jabatan kerja sebagai Pegawai Pemeriksaan Buku
Baru di Perry’s Bookstore, hubungan
dengan korban sebagai teman hang out.
Dari pukul 11.00 hingga 13.00, ia membereskan buku-buku yang baru datang bulan
ini seorang diri di gudang toko buku ini. Ia mengatakan bahwa Alex seminggu
terakhir ini sering pulang lebih awal dan tidak mengetahui alasannya.
Tersangka
terakhir adalah Ilham Haryadi (26 Tahun) jabatan kerja sebagai Pegawai Penyusun
Buku Baru di Perry’s Bookstore,
hubungan dengan korban sebagai teman hang
out. Dari pukul 11.00 hingga 13.00, ia bolak-balik dari gudang ke beberapa
selosor toko buku ini, untuk menyusun buku-buku baru yang baru datang bulan
ini. Ia memberi tahu Inspektur bahwa seminggu terakhir ini jarang bertemu
dengan Alex karena korban selalu pulang lebih awal dari biasanya.
Jordi
Utama (25 Tahun) jabatan kerja sebagai Penjaga Kasir di Perry’s Bookstore, hubungan dengan korban sebagai teman kerja. Dari
pukul 10.00 hingga 13.00, ia menjaga kasir dimeja nomor tiga seorang diri.
Alibinya cukup kuat sehingga ia tidak menjadi tersangka pada kasus pembunuhan
ini, karena para pengunjung dan beberapa pegawai lainnya selalu melihat ia
dimeja kasirnya itu. Ia mengatakan bahwa seminggu terakhir ini Alex selalu
pulang lebih awal dan dijemput oleh seorang wanita pada hari Rabu dan Jum’at
terakhir.
Mario dan Adam saling bertatapan dan tersenyum
kecil bagai dua orang kasmaran yang sedang tertarik satu sama lainnya,
sepertinya mereka telah menemukan sedikit kejelasan dari motif pembunuhan ini.
Tetapi disisi lainnya, mereka juga masih belum mengetahui keberadaan barang
bukti yang digunakan pelaku untuk membunuh korban. Perdebatan dari kedua orang
jenius ini pun akhirnya mulai melengkapi panggung sandiwara ini. Walaupun
terlihat seperti pertengkaran sepasang sahabat, mereka saling berbagi informasi
dengan caranya masing-masing.
“Menurutmu
siapa pelaku dari pembunuhan ini? Menurutku, ketiga tersangka mempunyai motif
pembunuhan yang sama besarnya, karena mereka bertiga memiliki hubungan yang
cukup dekat.” Kerutan didahi Mario melengkapi pertanyaannya.
“Kamu
benar sobat! Mereka bertiga memiliki hubungan yang cukup dekat dengan korban.
Tetapi, kecurigaan terbesarku berada pada Tora! Ia adalah orang pertama yang
yang tidak setuju jika pengunjung dipulangkan bukan?” Jawab Adam dengan
semangat.
“Benar
juga sih, tapi kita tidak bisa langsung mencurigainya begitu saja. Karena Ilham
juga sependapat dengannya, lain soal jika mereka berdua bersekongkol untuk
membunuh korban. Selain itu, bukankah Nadya lebih mencurigakan? Karena ia orang
pertama yang menemukan korban, besar kemungkinannya ia hanya berpura-pura
terkejut untuk mengalihkan perhatian orang-orang.” Bantah Mario sambil memegang
dagu dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan kanannya.
“Hmmm..
Untuk apa dia melakukan hal itu? Bukankah ia akan lebih dicurigai? Belum lagi
ia adalah kekasih sang korban.” Bantah Adam.
“Bisa
saja dia melakukan hal itu untuk menambah tersangka lain dalam kasus pembunuhan
ini, karena kita bisa lihat sendiri bukan? Tersangka pembunuhan bertambah dua
orang sekarang, seandainya saja Tora dan Ilham tidak membantah perintah polisi
sebelumnya. Mungkin mereka berdua akan aman dan bisa berpura-pura untuk tidak
mengenal Axel sebagai teman dekatnya.” Jelas Mario dengan mata berbinar-binar.
“Oke,
aku setuju denganmu untuk yang satu itu. Dari data yang kita dapat dari
Inspektur, hanya Tora dan Nadya lah yang mempunyai waktu bebas untuk membunuh
korban. Mungkin kita tidak perlu mencurigai Ilham sebagai tersangka pada kasus
ini.” Jawab Adam melengkapi pendapat sobatnya.
“Belum
tentu juga, Ilham bisa saja berjalan menuju ke ruangan staff ketika ingin
mengambil buku lagi dari gudang. Karena letak gudang dan ruang staff tidak
begitu jauh, yaaaa.. walaupun kecil kemungkinannya, kita tetap tidak boleh
lengah Dam.” Regangan tangan Mario menandakan kalau perdebatan itu sudah cukup.
Anggukan
kepala Adam menunjukkan kalau ia sependapat dengan Mario, kemudian ia balik
badan dan kembali memeriksa keadaan mayat korban. Ada dua hal yang terlihat
ganjil dari keadaan mayat korban, yang pertama adalah disetiap ujung jarinya
itu terdapat bekas darah. Anehnya, hanya ibu jarinya saja yang tidak memiliki
bekas darah. Yang kedua adalah dibagian perut mayat korban, luka tusukkan bekas
benda tajamnya itu tertancap begitu dalam.
“Mario!
Kamu harus liat luka bekas tusukkan benda tajam pada mayat ini! Apa kamu
sependapat denganku?” Senyum kecil Adam mulai terlihat.
“That’s brilliant Adam! Bekas luka itu
tertancap begitu dalam! Tidak mungkin seorang wanita bisa melakukan hal itu,
kecuali ia memiliki tenaga seperti halnya seorang pria.” Jelas Mario.
“Tapi,
bagaimana dengan bekas darah yang berada pada seluruh ujung jari tangannya itu?
Bukankah itu aneh?” Kegelisahan mulai terlihat dari ekspresi muka Adam.
“Hmmm,
mungkin setelah ditusuk oleh pelaku pembunuhannya, ia sempat memegang perutnya
karena kesakitan. Kalau begitu, sudah jelaskan pelakunya orang itu? Hanya dia yang memiliki waktu yang cukup
banyak untuk membunuh!” Dengan semangat Mario menjawab.
“Kemungkinannya
sih seperti itu! Tapi sebelum kita menjebak pelaku untuk menunjukkan diri,
dimanakah tempat sang pelaku menaruh barang bukti pembunuhannya itu? Karena
sampai sekarang pun, Inspektur itu belum juga menemukannya.” Keluh Adam dengan
wajah yang memelas.
“Tenang
saja! Ada satu tempat yang mungkin Pak Inspektur lupa periksa, karena ia pasti
tidak mungkin sang pelaku pembunuhan menaruh barang bukti ditempat itu. Begitu
pula aku sebelumnya.” Senyum kecilnya melengkapi jawaban Mario.
“Dimana???”
Wajah histeris Adam mulai ditunjukkan.
“Akan
kuberitahu nanti, ketika kita sudah berada didepan Pak Inspektur dan para
tersangka pembunuhan.” Kali ini senyum jahat yang terlihat dari wajah Mario.
“Hmmm,
aku akan mati penasaran kalau seperti ini sobat, ayo kita segera ketempat
mereka!” Adam bersemangat.
Duo
sejoli itu berjalan ke arah panggung sandiwara ini bak pahlawan yang ditunggu-tunggu
orang, mereka berhenti tepat ditengah-tengah Inspektur dan para tersangka. Inspektur
polisi dan para tersangka hanya diam dan mengamati mereka layaknya Batman dan Robin ingin meringkus seorang pelaku kriminal.
“Bolehkah
kami melihat isi loker kalian semua !?” Teriak Mario dengan percaya diri.
Inspektur
hanya bisa melihat Mario dengan mulut sedikit terbuka, karena ia belum
memeriksa tempat itu. Ia sama sekali tidak berpikiran kalau sang pelaku akan
menaruh barang bukti ditempat itu, tidak mungkin sang pelaku menaruhnya
ditempat itu pikirnya. Para tersangka juga hanya bisa terkejut, tentu saja
karena mereka kaget karena tiba-tiba saja Mario teriak dengan keras didepan
mereka.
“Silahkan
saja kalian periksa! Tidak mungkin barangnya ada loker kami nak!” Ilham
menjawab dengan lantang.
Anggukan
Nadya dan Tora juga menandakan kalau mereka berdua juga setuju dengan jawaban
Ilham. Para tersangka pun mulai berjalan kearah loker mereka masing-masing,
serta diikuti oleh Inspektur, Mario dan Adam tentunya. Sesampainya dilokasi
tempat itu, tiga orang petugas polisi dengan inisiatif langsung berdiri tepat
didepan loker para tersangka.
“Pada hitungan
ketiga, kalian buka loker para tersangka dengan bersamaan!” Tegas Inspektur.
“Siap
Pak Inspektur!” Jawab Tiga Serangkai itu.
“1..
2.. 3.. BUKA!!” Teriak Inspektur.
Semua orang
yang melihat loker itu langsung tersentak kaget, dan disaat itu pula Nadya
jatuh terjungkal kebelakang. Dugaan Mario ternyata benar, barang bukti
pembunuhan ini, satu buah pisau tajam bergagang hitam dibungkus dengan sepotong
kemeja berlengan panjang berlumuran darah, lengkap dengan sarung tangan hitam
penuh darah juga berada disalah satu loker tersangka. Suasana dilokasi itu
semakin memanas dan semua mata tertuju kepada pemilik loker itu bak melihat
seorang penyihir yang ingin dipenggal kepalanya.
“Ini
fitnah! Bukan aku pelakunya!! Ini semua bukan barang milikku!!” Teriak pemilik
loker itu.
“Sudah
jangan banyak alasan!! Barang bukti sudah jelas berada dilokermu! Masih saja
kamu mengelak!! Silahkan berikan pembelaanmu nanti dikantor polisi!!” Tegas
Inspektur.
Dari
aura yang panas bak Padang Pasir di Mesir, berubah menjadi dingin, sedingin
Kutub Utara. Inspektur pun menarik tangan pemilik loker itu dan berjalan kearah
pintu keluar Perry’s Bookstore. Tetapi
pandangan mata Adam malah tertuju kepada suatu hal ganjil yang berada diloker
itu, Ia melihat kalau dibagian dalam kotak penguncinya sudah dirusak lebih dulu
oleh seseorang.
“Mario!
Panggil Pak Inspektur kembali! Mungkin ia salah membawa pelaku pembunuhan ini!”
Ucap Adam dengan muka seperti ingin memburu binatang.[]
Menurut kalian siapakah pelaku pembunuhan dikasus kali ini? Silahkan tunggu kelanjutannya. Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk membaca karangan cerita saya,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar